Semua Penumpang Kecelakaan Kapal Motor Barcelona V Telah Ditemukan

penumpang kapal motor v selamat

JAKARTA, KOMPAS — Kapal Motor Barcelona V terbakar di perairan Pulau Talise, Minahasa Utara, Sulawesi Utara, Minggu (20/7/2025). Dari 571 penumpang dalam manifes, tiga orang dinyatakan tewas dan dua orang lainnya dilaporkan hilang. Sisanya selamat. Ini adalah kecelakaan transportasi laut ketiga kalinya sejak Juni.

Berdasarkan laporan terakhir, proses evakuasi masih terus berlanjut. KM Barcelona V terbakar dalam perjalanan dari Melonguane ke Manado di Sulawesi Utara.  

”Penumpang KM Barcelona V yang tercantum dalam manifes telah ditemukan semuanya, baik yang selamat maupun yang meninggal. Rincian lengkap akan disampaikan setelah proses pendataan selesai,” tutur Direktur Jenderal Perhubungan laut Kementerian Perhubungan Muhammad Masyhud secara tertulis di Jakarta, Senin (21/7/2025).

Hingga berita ini naik tayang, para korban selamat telah dievakuasi ke Manado. Sementara, jenazah korban tewas telah dibawa ke Rumah Sakit Bhayangkara.

Menurut laporan Kemenhub, surat perintah berlayar KM Barcelona V sebenarnya terjadwal pada Sabtu (19/7/2025) pukul 18.00 Wita. Namun, perjalanan tertunda karena cuaca buruk sehingga keberangkatan diundur menjadi Minggu (20/7/2025) pukul 01.00 Wita.

Muhammad mengatakan, tim pencarian dan penyelamatan (SAR) gabungan menerjunkan kapal KN.P 331 milik Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Bitung. ”Telah didirikan posko penanganan guna memantau dan mengoordinasikan proses evakuasi serta penanganan lebih lanjut,” ujarnya.

KM Barcelona V diketahui milik PT Surya Pacific Indonesia. Bersama sejumlah pemangku kepentingan lain, pihaknya turut berkoordinasi dalam proses evakuasi.

Kapal KM Barcelona V dalam kondisi terapung. Api telah dipadamkan melalui proses pemadaman dan pendinginan yang dilakukan kapal patrol PLP Bitung. Kapal tersebut masih berada dalam pengawasan tim patrol PLP Bitung.

Secara terpisah, anggota staf Humas Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Manado, Nuriadin Gumelang, mengemukakan, pihaknya menerima laporan dua korban hilang. Keduanya bernama Levi Aiba dan Hamen Langinan.

”Namun, ini masih aduan. Kami akan telusuri dahulu apakah telah dievakuasi sebelumnya atau seperti apa,” kata Nuriadin.

Pada Minggu (20/7/2025) siang, KM Barcelona V terbakar hebat di sekitar Pulau Talise, Minahasa Utara, Sulawesi Utara. Berdasarkan rekaman video dari Abdul Rahman Agus yang diunggah di laman Facebook, api menyala hebat di badan kapal.

Asap hitam membubung tinggi membakar badan kapal berwarna biru putih tersebut. Ratusan penumpang tampak menggunakan jaket pengaman, sebagian di antaranya melompat ke laut.

Pada Senin (14/7/2025), kecelakaan angkutan laut terjadi di Selat Sipora, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat. Perahu panjang atau long boat tersebut terbalik karena gelombang tinggi mencapai 3-4 meter. Armada tersebut mengangkut 18 penumpang. Semua penumpang dinyatakan selamat.

Sebelumnya, Kapal Motor Penumpang Tunu Pratama Jaya mengalami kecelakaan dari Pelabuhan Ketapang di Banyuwangi, Jawa Timur, menuju Gilimanuk, Bali. Tragedi ini terjadi di Selat Bali, Rabu (2/7/2025). Kapal tersebut membawa 65 orang. Sebanyak 30 orang di antaranya selamat, sedangkan 12 orang lainnya tewas.

Minim pengawasan

Menurut pengajar maritim Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Raja Oloan Saut Gurning, kecelakaan kapal dapat disebabkan berbagai faktor. Penyebab kecelakaan itu antara lain karena regulasi dan pengawasan.

”Kelihatannya memang makin menggejala sejak sepuluh tahun belakangan. Ini enggak ada efek jera dan terus berulang. Seakan-akan macam-macam (aspek) dari keselamatan tidak dilakukan karena biaya operasional kapal (opex) tinggi, ditambah dari pemerintah enggak dilakukan (pengawasan),” tutur Saut.

Belajar dari kejadian ini, harus ada pihak yang dihukum untuk menimbulkan efek jera. Aturan selama ini sudah cukup banyak bagi pemilik kendaran, kapal, terminal, hingga awak kapal. Namun, tanpa efek jera, maka kejadian serupa akan terus berulang.

Selama ini, Saut menambahkan, pemerintah terkesan hanya mengumpulkan berbagai masukan dan rekomendasi, tanpa ada perubahan nyata. Padahal, pihaknya berperan penting menyediakan dan memastikan tingkat keselamatan angkutan penyeberangan dan pelayaran dengan baik.

”Jangan sampai kapal penyeberangan kita jadi perangkap kematian bagi masyarakat. Ada overlapping kebijakan antara Direktorat Jenderal Perhubungan Laut dan Ditjen Perhubungan Darat juga perlu dituntaskan. Politik ini harus dihentikan karena ujungnya masyarakat yang dirugikan,” ujar Saut. Isu-isu yang melatarbelakangi musibah kapal tenggelam ini merupakan persoalan mendasar, bahkan gunung es yang juga terjadi pada moda transportasi lain